Oleh: Alja Yusnadi
Pagi itu, Rabu (11/11) Matahari tidak begitu terik, tidak pula hujan. Sekitar pukul 09.15 WIB, saya tiba di Bandara Iskandar Muda, Blang Bintang, Aceh Besar. Di sana, sudah ada Ketua DPD PDI Perjuangan Aceh Muslahuddin Daud, bersama Massady Manggeng, Komite Perikanan, Kelautan dan Kenelayanan DPP PDI Perjuangan, Agusrianto Ketua DPC PDI Perjuangan Pidie Jaya.
Tidak jauh dari situ ada pula rombongan DPW PNA Aceh Selatan. Ada Muzakir Walad, Zaitun Muhammad, Rojiyan dan Hendri wartawan The Tapaktuanpost. Ada pula Mawardi, Wakil Ketua DPD PDI Perjuangan Aceh dan dr. Iskandar.
Di dalam gedung terminal kedatangan, sudah menunggu Tgk. Abrar Muda bersama Kadis Kelautan dan Perikanan Aceh Selatan dan beberapa orang lainnya.
Tidak begitu lama, datang pula Yunia Sofiasti Sekretaris DPD PDI Perjuangan Aceh, T. Sulaiman Badai dan Sofi Mustika.
Semua orang itu, baik dari Aceh Selatan maupun Banda Aceh, lagi menunggu kedatangan Prof., Dr.,Ir. Rokhmin Dahuri, MS dan rombongan Kementrian Kelautan dan Perikanan.
Memang, sebelum Korona merajalela, Tgk. Abrar Muda dan Tgk. Amran sudah melakukan beberapa pertemuan pendahuluan dengan Kementrian Kelautan dan Perikanan, termasuk dengan Edi Prabowo—Menteri Kelautan dan Perikanan– melalui jasa baik Rokhmin dan kawan-kawan.
Selang beberapa menit, Rokhmin dan rombongan tiba. Pihak protokoler mengarahkan rombongan menuju ruang VIP Bandara Iskandar Muda. Mulai dari Pengurus DPD PDI Perjuangan Aceh, Tgk. Abrar Muda, menghampiri Rokhmin dan rombongan.
Saya, beridiri agak jauh, sekitar dua meter. Koordinator staf ahli Menteri Kelautan dan Perikanan itu memanggil saya, “Alja, kemari, ini adalah kader yang paling sabar, walaupun dikhianati tetap masih bertahan” ungkap Rokhmin.
Spontan, saya tertawa lepas, seraya menjawab, “Siap Prof, sesuai arahan Ketua Umum,”. Lalu, Rokhmin melanjutkan, “Kalau kata Ibu Ketum, kesabaran revolusioner.”
Candaan Prof. Rokhmin itu merujuk kepada peristiwa menjelang Pilkada 2018 silam.
Tidak begitu lama, rombongan sudah berada di ruang VIP Bandara. Prof. Rokhmin didampingi Ketua dan Sekretaris DPD PDI Perjuangan Aceh, Dr. Lukman, satu orang lain, perempuan muda juga dari KKP, saya lupa namanya, Tgk. Abrar Muda, Massady Manggeng. Saya, duduk bersebelahan dengan Tgk. Abar Muda.
Pertemuan berlangsung santai, tidak begitu serius, diselingi galak-tawa. Setelah itu, rombongan bertolak menuju beberapa objek wisata di Banda Aceh: Museum Tsunami dan Kapal PLTD Apung.
Kemudian, menuju rumah dinas Gubernur Aceh. Nova Iriansyah, Gubernur sisa masa jabatan yang baru dilantik itu menjamu Rokhmin dan rombongan di rumah dinasnya.
Sekitar pukul 15.30 rombongan bergerak menuju Aceh Selatan. Mobil melaju tidak begitu kencang. Setelah istirahat dan makan malam di Meulaboh, dini hari, rombongan tiba di Tapaktuan, ibu kota Aceh Selatan nan cidah rupawan itu.
***
Kamis (12/11) pagi, Rokhmin mengawali kegiatan dengan sarapan bersama Bupati dan Forkopimda di restaurant rumah dinas Bupati.
Setelah itu dilanjutkan dengan pertemuan intelektual. Bupati, BAPPEDA dan Rokhmin gantian mempersentasikan makalah masing-masing. Semua tentang potensi perikanan dan kelautan Aceh Selatan.
Acara yang lebih mirip seminar itu ditutup dengan penyerahan SK Bupati Aceh Selatan tentang pengangkatan Rokhmin sebagai Penasehat Khusus.
Kemudian, Rokhmin yang pada hari itu telah resmi menjadi Penasehat Khusus Bupati Aceh Selatan mengunjungi Tempat Pendaratan Ikan (TPI) Bakongan. Di sana, rombongan sudah ditunggu oleh para Nelayan dan tokoh masyarakat.
Rombongan KKP disuguhkan berbagai permintaan, mulai dari solar bersubsidi, alat tangkap ikan, hingga kapal penangkap dan pengangkut ikan.
Dari Bakongan, rombongan menuju Kuala Tuha, Kluet Selatan. Di sana sudah berjejer beberapa perahu nelayan, ukurannya kecil. Nelayan di situ membutuhkan Tempat Pendaratan Ikan yang lokasinya di samping tempat pertemuan itu.
Selanjutnya rombongan menuju Indra Damai, masih dalam kecamatan Kluet Selatan, di situ ada kolam budidaya ikan air tawar. Memang, dalam Qanun RPJM 2018-2023, wilayah Pasieraja sampai Kluet Selatan telah ditetapkan sebagai kawasan mina politan, termasuk yang di Indra Damai itu.
Berjalan selama 20 menit ke arah Tapaktuan, rombongan kembali menuju Pasie Asahan, melihat lokasi budidaya udang Vaname. Itu masih wacana. Harapannya, KKP dapat membantu.
Tidak jauh dari satu, rombongan juga melihat Bandar Udara Teuku Tjut Ali. Kalau rencana pengembangan kawasan perikanan itu jadi, tentu efeknya sampai ke sarana transportasi.
Bandara salah satunya. Landasan pacu harus di tingkatkan, lebih panjang dan lebar. Agar pesawat komersil dapat mendarat, walau dalam ukuran kecil. Tentu, ini menjadi tugas bersama, baik Bupati maupun Penasehat Khusus.
Waktu sudah menunjukkan Pukul.13.15. Saya bersama Massady, Agus dan Zasrial sudah duluan menunggu di gampong Lhok Rukam, kecamatan Tapaktuan.
Panitia yang sepertinya dari Dinas Kelautan dan Perikanan sedang sibuk menyiapkan makan siang. Ada beberapa meja bulat menghadap ke laut yang sudah dipersiapkan.
Sekda Nasjuddin nampak beberapa kali mengkoordinasikan dengan bawahannya, untuk persiapan makan siang. Geuchik Lhokrukam juga mondar-mandir. Di bawah tenda, beberapa laki-laki muda sibuk dengan gawai, sesekali terdengar scater.
Lhokrukam, memiliki pemandangan yang sangat indah, langsung berbatasan dengan bibir pantai, di belakangnya gunung.
Selain sebagai Tempat Pendaratan Ikan, pantai Lhokrukam ini juga disulap menjadi tempat wisata, ada teluk buatan di sana. Ombak-ombak kecil saling kejar-kejaran menggoyang perahu kecil nelayan.
Dari meja makan, semua itu dapat kita saksikan dengan sempurna. Tempat ini sudah dikunjungi banyak pejabat negara, petinggi partai. Salah satunya, Sekjen DPP PDI Perjuangan, Hasto Kristianto, beberapa tahun silam.
Setengah jam kemudian, rombongan datang, diawali dengan mobil patwal, kemudian diikuti Bupati dan Staf Ahli Menteri Kelautan dan Perikanan.
Hujan mulai turun tipis-tipis, gerimis. Bupati, Ibu Ketua Penggerak PKK, Stah Ahli KKP duduk satu meja. Saya bersama Sekda, duduk di sebelahnya.
Siang itu, kami disajikan berbagai menu ikan, mulai goreng, gulai, hingga bakar. Ada juga sirup pala, hasil dari Badan Usaha Milik Gampong (BUMG). Saya lihat, para tamu sangat menikmati makan siang itu. Oiya, ada juga lobster dan udang.
Setelah makan menu utama, panitia juga menyuguhkan beberapa buah durian. Ukurannya besar, isinya berwarna kuning, rasanya? Jangan tanya, tidak bisa diwakili dengan kata. Hampir lupa, ada juga ketan untuk dicolek dengan Durian.
Sepertinya, Durian ini disediakan oleh Tgk. Abrar Muda, karena, ketika di ruang VIP Bandara, Prof. Rokhmin sempat menanyai saya,”Alja, sekarang lagi musim durian, kan?” tentu dengan nada bercanda. Tgk. Abrar Muda duduk di samping saya, langsung menjawab,”Semuanya sudah kita siapkan Prof.”
Entah dari mana Durian itu berasal, karena, setau saya, di daerah sekitar memang belum musim Durian. Tapi, itu tak masalah, toh durian telah terhidang di atas meja.
Di usia yang tidak lagi muda, saya lihat Prof. Rokhmin sangat menikmati durian itu, juga demikian dengan sejawatnya, Dr. Lukman dan yang perempuan muda itu.
Hujan mulai agak lebat. Saya mendengar, Prof. Rokhmin berbisik, habis ini, kita langsung ke Labuhanhaji, karena sudah agak sore, nanti malam sejawatnya sesama Profesor sudah menunggu di Meulaboh. Ya, Prof. Jasman Ma’ruf, Rektor UTU.
Rupanya, Camat dan Nelayan Sawang sudah menunggu, sudah menyiapkan penyambutan di TPI Sawang Bau. Masriadi, Camat yang enerjik itu menghubungi saya, menyampaikan suasan di Sawang Bau, mayarakat sudah menunggu, harus mampir walau sebentar.
Saya bisikkan kepada Prof. Rokhmin, rupanya, permintaan serupa juga disampaikan oleh Bupati, “Okey, kita singgah,” Ujar Rokhmin.
Mobil melaju, membelah sekat-sekat hujan yang sudah mulai lebat. Memang benar, Camat beserta Muspika, Nelayan sudah menunggu. Apa jadinya kalau tidak jadi singgah.
Situasi serupa juga terjadi di Pasie Meukeuk. Camat Ramzil yang juga masih muda sudah menunggu di lokasi bersama para Muspika dan Nelayan.
Dari Meukek, rombongan bergerak menuju TPI Labuhanhaji. Tidak sempat melakukan tatap muka dengan Nelayan. Hanya melihat disekitar dermaga. Terakhir, Prof. Rokhmin bersama rombongan menuju Pesantren Darussalam, Labuhanhaji Barat.
Beberapa saat di Darussalam, Prof. Rokhmin bersama rombongan bergerak menuju Banda Aceh.
Saya, telah berpamitan sejak di TPI Labuhanhaji tadi. Prof. Rokhmin membisikkan sesuatu kepada saya, katanya nanti akan ditindaklanuti. Saya tidak begitu ambil pusing, dan tidak bertanya lebih lanjut.
Semoga, dengan turunnya Prof. Rokhmin ke Aceh Selatan memberikan dampak positif bagi pembangunan Aceh Selatan dan menambah amunisi bagi PDI Perjuangan Aceh Selatan, yang Prof. Rokhmin menjadi salah satu Ketua DPP itu, yang sekarang tidak ada kursi itu di Aceh Selatan…[Alja Yusnadi]