Oleh: Alja Yusnadi
Society 5.0 adalah padanan RI 4.0. Jika revolusi industri menghasilkan alat produksi yang kian canggih, maka society 5.0 adalah kondisi ideal masyarakat di tengah gegap-gempitanya kemajuan teknologi.
Jepang adalah negara pertama yang memperkenalkan istilah society 5.0 ini pada awal 2019.
Society 5.0 ini menempatkan manusia sebagai subjek, teknologi memudahkan manusia, bukan mengacaukan.
Dengan kemajuan teknologi diharapkan menambah kecerdasan manusia, memudahkan manusia dalam mengakses lapangan pekerjaan, dan berbagai kemudahan lain.
Untuk menghadapi revolusi industri 4.0 dipersiapkan masyarakat 5.0. Ya, dipersiapkan, bukan lahir begitu saja. Ada upaya untuk menuju ke sana.
Dalam hal ini, yang paling bertanggungjawab adalah pemerintah dan institusi pendidikan.
Pemerintah melalui kebijakan dan regulasinya dapat membuat peta jalan untuk mempersiapkan masyarakat yang dapat beradaptasi bahkan yang mengatur laju revolusi industri.
Institusi pendidikan harus membekali anak didiknya dengan berbagai pengetahuan yang selaras dengan perkembangan tekonologi. Karena, sebagain besar society 5.0 keluar dari Rahim institusi pendidikan.
Society 5.0 merupakan pengembagan dari society sebelumnya. pada masa society 1.0, manusia masih berburu untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Manusia berada di posisi tengah, sebagai pemburu dan mangsa.
Satu sisi manusia berperan sebagai pemburu, dan pada sisi lain manusia juga menjadi mangsa dari bintang buas.
Pada masa society 2.0, manusia sudah mulai bercocok tanam dan hidup menetap pada suatu tempat.
Dalam relasi sosial, manusia sudah mulai memiliki imajinasi, mulai dari keyakinan, sampai pemikiran kebangsaan.
Munculnya berbagai pemikiran tersebut mengakibatkan terjadi Society 3.0. Manusia pada tahapan ini sudah mengenal gaya hidup.
Di masa itu, perdagangan antar negara mulai terjadi. Relasi manusia dengan manusia lain sudah memasuki era baru.
Konektivitas manusia yang kian cepat dan luas ini menandai masuknya era society 4.0. Dengan lahirnya internet membuat jarak informasi Indonesia dengan Amerika atau Cina dapat ditembus dalam hitungan detik.
Dengan adanya teknologi ini membuat hubungan antar manusia sangat dekat. Jika sebelumnya berkirim surat, sekarang dalam hitungan detik kita dapat melakukan panggilan video dengan keluarga atau kawan yang jaraknya ratusan mil.
Tapi, karenanya pula, membuat hubungan manusia menjadi jauh. Manusia disibukkan dengan urusan masing-masing.
Sekarang, dengan kehadiran revolusi industri 4.0, maka pemerintah harus menyiapkan masyarakat atau society 5.0.
Pemerintah harus membuat road map. Mulai dari mengatur perkambangan teknologi sampai mempersiapkan masyarakat.
Salah satu tujuan yang hendak dicapai dari society 5.0 ini adalah menyeimbangkan pertumbuhan ekonomi dan penyelesaian masalah sosial. Perkembangan teknolgi jangan sampai menghilangkan sisi kemanusiaan.
Belajar dari Jepang sebagai pelopor society 5.0, secanggih apapun teknologi harus mampu membuat manusia menikmati kehidupannya. Kwalitas hidup manusia harus meningkat. Kesenjangan tak boleh tinggi. Kemajuan teknologi harus dinikmati oleh khalayak ramai, bukan segelintir orang.
Setidaknya, begitulah imajinasi Jepang terhadap society 5.0 menurut Haqqi dan Wijayanti dalam bukunya Revolusi Industri 4.0 di tengah Society 5.0.
Bagaimana dengan Indonesia? Apakah kita sudah memiliki Imajinasi atau road map terhadap society 5.0? Saya ngeri membayangkannya…[]