Oleh: Alja Yusnadi
Bagi sebagian politisi, seperti Presiden Trump, Korona adalah instrument politik yang dapat menjatuhkan namanya. Oleh karena itu harus dilawan. Pada taraf tertentu ada benarnya. Tapi, melawan seluruhnya adalah keliru.
Orang model Trump ini menganggap korona adalah propaganda China, dan Amerika tidak boleh bertekuk lutut dengannya. Apalagi, sekarang, Amerika menuju pemilihan presiden, dan Trump salah satu pesertanya.
Salah satu sandungan Trump untuk kembali duduk di gedung putih adalah lambatnya penanggulangan Korona dan kebijakan anti imigran.
Diantara banyak yang menolak, tidak sedikit pula yang sealiran dengan Trump. Dari sekian banyak, Herman Cain salah satunya. Cain, begitu namanya ditulis di berbagai media Amerika adalah politisi gaek yang dimiliki Partai Republik. Umurnya sekitar 74 tahun.
Salah satu pernyataannya yang membuat heboh publik adalah tidak penting memakai masker di tempat umum.
Anti masker bukan hanya pernyataan bagi Cain, tapi dibuktikan ketika menghadiri kampanye Trump di wilayah Tulsa, Oklahoma pertengahan Juni 2020.
Pada Mei lalu, Trump juga sempat mengeluarkan pernyataan serupa: tidak penting memakai masker di tempat umum, beberapa bulan kemudian Trump meralat pernyataannya.
Entah apa yang ada di kepala politisi model Trump dan Cain ini. Pernyataan dan sikapnya itu bukan hanya berbahaya untuk diri sendiri, tapi berbahaya bagi pengikut politik atau simpatisan Partai Republik dan warga Amerika pada umumnya.
Bisa jadi, penambahan 50.000 orang pasien positif Korona setiap harinya di Amerika akibat pernyataan-pernyatan yang mengabaikan protokol kesehatan seperti pernyataan Cain tadi.
Siapa Cain ini? Sebelum terjun ke dunia politik, dia adalah seorang CEO Godfather’s Pizza. Dia juga aktif dalam dunia kebijakan publik dengan menjadi Ketua Federal Reserve Bank di Kansas City, Missouri.
Politisi berkulit hitam ini mulai masuk ke dunia politik sekitar tahun 1996 dengan bergabung bersama Partai Republik.
Cain adalah ketua Black Voices for Trump—Suara kulit hitam untuk Trump—organisasi ini adalah pendukung Trump. Sebagai politisi fundamentalis, kehadiran orang semacam Cain ini sangat menguntungkan Trump.
Karena, dalam kebijakannya Trump cenderung diskriminatif terhadap imigran. Kehadiran orang model Cain dan Stella Gwandiku-Ambe Imanuel—dokter perempuan berkulit hitam yang juga sealiran dengan Cain—sangat menguntungkan langkah politik Trump.
Bersekutunya Cain dan Imanuel dapat menjadi alibi bagi Trump, bahwa kebijakannya selama ini didukung warga imigran kulit hitam.
Melihat latar belakangnya, tentu Cain bukan orang biasa. Selain menjadi pengusaha dan politisi, dia juga pernah mencalonkan diri sebagai calon presiden dari Partai Republik sekira tahun 2012 lalu.
Walaupun kalah, salah satu programnya yang terkenal adalah melakukan reformasi perpajakan di Amerika dengan pola 9-9-9.
Angka triple 9 ini menandakan pajak transaksi bisnis 9%, pajak penghasilan pribadi 9%, dan pajak penjualan federal 9%.
Dalam hal Korona, Cain benar-benar sealiran dengan Trump: menganggap enteng.
Cain meninggal dalam usia lanjut. Dia sebelumnya juga mengindap penyakit kanker usus besar stadium empat sekitar 15 tahun yang lalu.
Bisa jadi, meninggalnya Cain pada hari Kamis (20/7) juga diakibatkan kondisi kesehatannya yang terus memburuk: Komplikasi. Dan, Korona—sebagai virus yang dianggap enteng olehnya—telah mempercepat kepergian Cain dari blantika politik Amerika.
Kita bisa belajar dari apa yang menimpa Cain: jangan menganggap enteng, patuhi protokol kesehatan yang telah ditetapkan pemerintah, salah satunya pakai masker, cuci tangan pakai sabun, hindari kontak fisik…[]