Oleh: Alja Yusnadi
Tgk. Amran, Bupati yang kesepian itu baru saja merombak pembantunya, para pejabat daerah. Mulai dari eselon rendah sampai eselon tinggi. Nampaknya, kali ini Amran—biasa disapa Tgk. Amran oleh koleganya–tidak mau tedeng aling-aling, proses bongkar pasang juga dilakukan terhadap Kepala Puskesmas dan Kepala Sekolah. Amran mungkin saja tidak kesepian, diksi itu saya pilih untuk menggambarkan posisi Amran yang tanpa wakil itu. Bisa saja sebaliknya, dia merasa ramai dalam kesendiriannya itu. Maafkan!
Proses mutasi itu, mungkin saja dilakukan Amran untuk memacu jalannya pemerintahan. Mempercepat pencapaian visi-misi yang sudah diobralnya ketika Pilkada dulu. Sekolah dan Puskesmas adalah ujung tombak untuk mewujudkan pencapaian kinerja dalam bidang pendidikan dan kesehatan. Apakah selama ini kedua bidang itu bejalan lamban? Mundur ke belakang? Atau stagnan?
Kalau mau fair, tentu kita harus membuka janji Amran untuk kedua hal itu. Biarlah, secara legal formal, segala pencapaian itu dirumuskan dalam laporan pertanggungjawaban kinerja yang beratus halaman itu untuk dibahas di lembaga legislatif. Semoga ada dua-tiga cerita yang diungkap ke publik.
Dalam “tradisi” birokrasi, mutasi, promosi, demosi adalah hal yang wajar. Apalagi, untuk eselon tinggi, sudah pula dilakukan seleksi terbuka. Hanya saja, kadang-kadang efeknya itu menyebabkan delusi.
Nampaknya, dalam perombakan “kabinet” kali ini, Amran ingin menampakkan keperkasaan yang sebenarnya Anda juga sudah tahu. Bahkan, untuk benar-benar terlihat perkasa, Amran mengultimatum, siapa saja dari pejabat yang dilantik itu ketahuan menyetor uang, akan diberhentikan.
Sebagai kepala daerah, tentu Amran lah yang memutuskan bongkar pasang itu. Dialah yang memutuskan siapa yang lebih layak memimpin apa. Kalau pun ada masukan satu-dua-tiga dari para pembisik, tentu muaranya ada pada Amran. Itu normalnya.
***
Dari sekian orang yang dipasang, saya ingin mengulas beberapa nama, bukan apa-apa, mereka ini yang pernah bersinggungan dengan saya, baik sebagai kawan, maupun sebagai mitra.
Kali ini, mau tidak mau, kita harus mengakui bintangnya adalah Teuku Masrizar. Seperti yang Anda tahu, Ampon Mas—sapaan Teuku Masrizar– sejak ditunjuk sebagai Plt. Kepala Dinas Lingkungan Hidup sudah mendapat sorotan tajam, terutama yang menyebut dirinya sebagai pejuang AZAM, tim pemenangan Azwir-Amran.
Mereka, para pejuang AZAM ini menganggap tidak pantas Ampon Mas masuk ke dalam pemerintahan. Apa pasal? Ini adalah residu pemilihan langsung. Ampon Mas diidentifikasi tidak membantu AZAM. Bukan sekedar tidak membantu, tapi disinyalir menjadi sandungan.
Inilah anak haram demokrasi. Membuat birokrat terpolarisasi. Di sisi lain, membuat posisi tim pemenangan berada di atas angin. Cerita ini, saya yakin hadir ditengah kita bagai lakon kehidupan yang tidak dapat dipisahkan. Bagaimana bisa, seorang yang tadinya biasa saja, karna menjadi bagian dari tim pemenangan, berani menghardik Kepala Sekolah dan mengancam akan menonjobkan, hanya gara-gara dianggap tidak sejalan. Itu cerita kecil di sekitar saya, mungkin bisa jadi cerita lebih besar ada di sekitar Anda. Semoga saja, dari sekian banyak kepala sekolah yang dibongkar itu, tidak seperti itu.
Rupanya, penetrasi Ampon Mas tidak bisa dianggap enteng. Dia, baru-baru ini, dilantik menjadi kepala Dinas Lingkungan Hidup secara defenitif. Membantu Amran, setidaknya sampai September tahun depan.
Sebenarnya, keputusan Amran–atau siapa saja yang terlibat di belakangnya—untuk memasukkan Ampon Mas ke dalam bagian pasukan bukan lah kesalahan, justru, keharusan. Itu, kalau dinilai dari kepatutan.
Ampon Mas, satu dari sedikti Aparatur Sipil Negara (ASN) di Aceh Selatan yang pernah menjadi aktivis lingkungan. Dia pernah terlibat di organisasi non pemerintah, bahkan, dia juga mendirikan salah satu lembaga, sebagai alat perjuangannya. Itu dulu.
Sekarang, Ampon Mas sudah menapak jalan birokrasi, hampir tiba pada level tertinggi. Tidak banyak yang sampai pada titik ini, apalagi ASN yang berlatar belakang aktivis. Lebih sedikit lagi yang berhasil menjalankannya dengan semangat seperti dulu. Kita doakan.
Ampon Mas, saya yakin, hari-harinya kedepan penuh dengan kebimbangan. Satu sisi, dia harus mempertahankan reputasi dan nilai-nilai ideal. Di sisi lain, dia juga harus berhadapan dengan kepentingan pengusaha-penguasa. Pada titik inilah, mantan Direktur Institute Social of Development Study (INSOSDES) diuji.
Ujian itu, apakah Ampon Mas akan berdamai dengan keculasan pengusaha-penguasa yang ingin membuka tambang di Aceh Selatan? Atau dia harus mempertahankan prinsip, bahwa hutan itu bukan warisan, tapi titipan anak cucu yang harus kita jaga. Banyak sekali narasi untuk membela diri, apalagi karena regulasi.
Tantangan berbeda akan dihadapi Kepala Dinas Pariwisata. Sebagaimana yang Anda tahu, Muksin, dengan komunitas Pariwisatanya mampu membuat gebrakan, dengan suka rela. Apakah Muksin, sebagai pejabat tinggi Pariwisata Aceh Selatan dengan APBK di tangan, mampu meningkatkan geliat pariwisata?
Setidaknya, dia bisa memulai dengan membuat buku rancangan induk pariwisata aceh selatan. Jika sudah ada, mulailah identifikasi destinasi mana yang harus dibangun duluan. Infrastruktur adalah hal utama dalam pengembangan pariwisata. Saya, beberapa tahun lalu, dalam sebuah forum pernah menyampaikan, jika satu tahun ada 5 destinasi yang dibangun, maka dalam satu periode Bupati ada 25 destinasi yang terbangun.
Pariwisata, harus kita pahami dan juga sudah dikemukakan dalam berbagai literatur dapat mendongkrak pendapatan masyarakat, setidaknya masyarakat yang berada di sekitar destinasi itu. Pekerjaan besar Muksin bukan itu, Sebagaimana curhat salah satu mantan pejabat tinggi pariwisata, bagaimana kita mau buat program, jika anggaran hanya cukup untuk gaji aparatur saja.
Muksin harus mampun meyakinkan Bupati atau Tim Anggaran Pemerintah, bahwa Pariwisata ini dapat menjadi multiplier efek, jadi harus masuk prioritas. Kemudian, pandai-pandailah melobi anggota dewan, siapa tahu ada yang tertarik membangun pariwisata di daerah pemilihannya. Selebihnya, manfaatkanlah jaringan yang ada, baik di provinsi, pemeritnah pusat, maupun swasta.
Begitulah, Amran telah merotasi pembantunya, Semoga dapat membantu melaksanakan visi-misi yang telah dirumuskan. Masih ada waktu satu tahun lebih, satu kali APBK lagi untuk melangkah lebih cepat. Apalagi, Dinas yang dirotasi ini tidak alang kepalang pentingnya: Pendidikan, Pekerjaan Umum, Pertanian. Tiga dinas ini menjadi tumpuan.
Peran kepala dinas sangat fital dalam menerjemahkan program. Apalagi, para kepala dinas itu, sebagaimana yang disebutkan Amran dalam pidatonya didapat tidak mengeluarkan uang. Jadi, tunjukkanlah integritas dan loyalitas, paling tidak, sampai tahu depan, lah!
Tulisan ini sudah pernah tayang di :https://anteroaceh.com/news/mutasi-amran/index.html