Oleh: Alja Yusnadi
Jika ada Walikota di Indonesia yang berprestasi, baik di tingkat nasional maupun internasional, maka Tri Rismaharini adalah salah satunya.
Entah sudah berapa penghargaan yang dia raih. Jika ingin melihat hasil kerjanya, datanglah ke Kota Surabaya. Silahkan lihat-lihat dan tanyakan kepada warga sekitar.
Keberhasilan Risma itu dibayar tuntas oleh warga dengan memilih Risma kembali sebagai Walikota, itu lima tahun yang lalu. Jumlahnya, Risma sudah menjadi Walikota selama dua periode, sepuluh tahun dan dalam waktu dekat akan habis masa jabatan.
Dalam setahun terakhir, Risma memperoleh beberapa kali kemenangan. Pertama, kemenangan di internal. Risma ditunjuk oleh Megawati sebagai Ketua DPP PDI Perjuangan Bidang Kebudayaan.
Padahal, alumni Teknik Arsitektur ITS itu belum pernah punya pengalaman mengurus partai, pun termasuk di Kota Surabaya. Masih banyak senior partai yang belum berhasil masuk dalam jajaran pengurus DPP. Bahkan, beberapa yang sudah ada terpaksa keluar. Salah satunya Bambang DH, sama-sama pernah menjadi Walikota Surabaya.
Kemenangan Risma berikutnya adalah di Pilkada Surabaya 2020. Risma, menjagokan Eri Cahyadi-Armuji. Padahal, di saat yang sama, salah satu senior PDI Perjuangan Kota Surabaya juga ikut maju.
Dialah Whisnu Sakti Buana. Wakil Walikota Surabaya selama dua periode, kedua periode itu pula Whisnu mendampingi Risma. Kalau dalam rumah tangga, sepuluh tahun itu waktu yang cukup untuk melahirkan beberapa orang anak.
Whisnu juga pernah menjadi anggota DPRD dan Ketua DPC Kota Surabaya. Secara biologis, Whisnu juga anak dari Ir. Sutjipto, mantan Sekjen DPP PDI Perjuangan dan pernah menjabat Wakil Ketua MPR RI dari fraksi PDI Perjuangan.
Akhirnya, PDI Perjuangan mencalonkan Eri Cahyadi yang berpasangan dengan politisi senior PDI Perjuangan Jawa Timur: Armuji.
Tebakan saya, dipilihnya Eri-Armuji ini banyak kaitannya dengan masukan Risma. Sebagai Walikota selama sepuluh tahun dan memiliki prestasi, masukan Risma tentang Surabaya layak dipertimbangkan. Atau, Ketua Umum memberikan “Privilege” kepada Risma.
Di lapangan, Eri-Armuji menghadapi lawan yang tidak ringan. Purnawirawan jendral bintang dua dan diusung oleh semua partai besar, kecuali PDI Perjuangan.
PDI Perjuangan berjuang sendirian. Di Pilkada Kota Surabaya, mesin partai benar-benar hidup dan bekerja. Di tambah loyalis Risma dan pendukung Eri-Armuji.
Untuk sementara, Eri-Armuji unggul. Kemenangan ini kian mengukuhkan pengaruh Risma di Surabaya dan di DPP. Setidaknya, Risma bisa tersenyum sambil berbisik di dalam hati, “pilihanku benar.”
Pasca kemenangan Eri-Armuji, kekuatan Risma bertambah. Dia bukan hanya hebat sebagai Walikota. Namun, dia juga memiliki intuisi politik. Prediksi yang tepat. Setidaknya untuk memenangkan, berikutnya memastikan Eri-Armuji melanjutkan arah pembangunan Kota Surabaya, setidaknya seperti Risma.
Kemudian, kemenangan Risma juga terjadi dalam beberapa hari ini. Ini bukan kehendak Risma, tapi kemenangan atas apa yang telah dia lakukan selama ini. Semacam pengakuan atas prestasi.
Presiden Joko Widodo menunjuk Risma menjadi Menteri Sosial, menggantikan Juliari Peter Batu Bara.
Begitulah pesona Risma, memulai karir sebagai ASN, kemudian menjadi Walikota, selanjutnya menjadi Menteri.
Sebagai petugas partai, bukan tidak mungkin Risma dipersiapkan untuk mengikuti kontestasi berikutnya. Entah di pilkada Gubernur, seperti pendahulunya di kementrian sosial: Kofifah Indar Parawangsa yang menjadi Gubernur Jawa Timur.
Jika Risma berhasil memimpin kementrian sosial, bukan tidak mungkin Risma akan dipersiapkan untuk bertarung di Pilkada DKI Jakarta, Jawa Timur, atau bahkan di Pilpres mendatang.
Yang jelas, banyak orang sedang menitip kepercayaan kepada Risma, semoga dia dapat mengemban amanah itu dan berlari kencang mewujudkan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Selamat bekerja Menteri Risma…[Alja Yusnadi]