• About
  • Advertise
  • Privacy & Policy
  • Contact
Alja Yusnadi
  • Beranda
  • Tentang AY
  • Tentang Situs
  • Daftar Isi
    • CePAY
    • Desa AY
      • BUMDesa
      • Profil Desa
      • Tokoh Desa
    • Feature AY
    • Galery AY
    • Haba AY
    • Jak AY
    • Kolom AY
    • Mata AY
    • Rumeh AY
    • Sahabat AY
    • Wawancara AY
  • Kontak AY
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Tentang AY
  • Tentang Situs
  • Daftar Isi
    • CePAY
    • Desa AY
      • BUMDesa
      • Profil Desa
      • Tokoh Desa
    • Feature AY
    • Galery AY
    • Haba AY
    • Jak AY
    • Kolom AY
    • Mata AY
    • Rumeh AY
    • Sahabat AY
    • Wawancara AY
  • Kontak AY
No Result
View All Result
Alja Yusnadi
No Result
View All Result
Home Mata AY

Nestapa Bahasa

Alja Yusnadi by Alja Yusnadi
Desember 20, 2020
in Mata AY
0
Ilustrasi: Jagomandarin

Ilustrasi: Jagomandarin

0
SHARES
1
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

Oleh: Alja Yusnadi

Jika membaca adalah jendela dunia, maka Bahasa adalah jembatannya. Penghubung jendela dengan jendela, penghubung negara dengan negara.

Begitulah pentingnya Bahasa. Seorang dari balik gunung ingin berkomunikasi dengan seorang lain di balik laut harus melalui Bahasa. Baik Bahasa yang diucapkan dengan lisan, maupun sekedar Bahasa isyarat.

Apakah Anda memiliki pengalaman yang berkesan persoalan Bahasa ini? Jika iya, simpan saja sebagai kenang-kenangan yang suatu saat nanti bisa diceritakan, atau lebih baik menuliskannya, biar dapat dibaca oleh publik.

Saya sendiri memiliki keluarga dari berbagai Bahasa, ada yang berbahasa Aceh, jamee, devayan, singkil, gayo, bahkan istri saya berbahasa mandailing.

Dalam koridor yang lebih luas, Bahasa juga berfungsi sebagai jembatan yang menghubungkan negara dengan negara. Secara mayoritas, ada beberapa Bahasa yang dijadikan “standar” Bahasa dunia, katakanlah begitu. Diperingkat atas masih Bahasa Ingris, ada juga Bahasa Arab, Bahasa Mandarin juga mulai banyak dipelajari. Tentu dengan tidak mengurangi makna Bahasa lain.

Salah satu yang berkepentingan untuk memahami Bahasa asing itu adalah yang ingin melanjutkan pendidikan, baik di dalam negeri, apalagi luar negeri yang sebagian besar menjadikan Bahasa Inggris sebagai pengantar.

Awalnya, saya tidak begitu mengambil pusing perkara Bahasa ini, toh saya juga tidak memerlukannya. Begitu pikir saya, dulu.

Semasa saya menyelesaikan pendidikan Sarjana dan Pascasarjana, perkara Bahasa Inggris ini memang sudah diminta. Sebagaimana yang Anda tahu, “satuan”nya dipakai Test of English as a Foregn Language atau biasa kita sebut TOEFL.

Ada tiga pokok soal yang diukur melalui tes itu: Reading, Structure, Listening. Masa-masa itu bisa saya lewati, walau tidak begitu mulus.

Belakangan, saya mulai memerlukan nilai TOEFL itu dengan standart yang lebih ketat pula: Institutional Testing Program (ITP). Bedanya, tidak semua lembaga Bahasa yang menyelenggarakan tes TOEFL itu berstandar ITP.

Sementara, untuk berbagai keperluan yang dibutuhkan adalah TOEFL ITP.

Mulailah, dengan modal yang pas-pasan, mungkin juga di bawah pas saya mengikuti kursus Bahasa Inggris.

Hasilnya? Kualitas Bahasa saya tidak bisa bohong. Tidak jauh beda dengan hasil dua tahun sebelumnya.

Kalau dalam dunia candu dikenal dengan obsesi kompulsif. Mengharapkan output yang berbeda dari input yang sama.

Sebenarnya, Bahasa ini bukanlah keahlian khusus seperti Enginer, Lawyer. Siapa saja bisa berbahasa. Bayangkan saja, anak-anak di Amerika dan Inggris sudah bisa berbahasa Inggris, begitu juga dengan anak-anak di daerah lain, dapat berbahasa hanya Karena dia lahir sudah mendengar Bahasa itu.

Itu untuk kemampuan berbicara. Berbeda halnya dengan penguasaan ilmu Bahasa. Tidak semua yang bisa berbahasa Indonesia dapat menguasai ilmu Bahasa Indonesia yang harus mempelajari struktur dan unsur penyusunnya seperti Subjek, Predikat, Objek, Keterangan, dan lain-lain.

Kali ini, saya fokus ke penguasaan Bahasa inggris, yang sewaktu saya sekolah menengah pertama dulu sering mengejek dengan Bahasa “kafir”. Ternyata, kian kemari kebutuhan terhadap Bahasa itu kian penting.

Dalam hal ini, basic saya sangat terbatas. Pernah, semasa kelas 1 Sekolah Menengah Pertama, nilai Bahasa Inggris saya jeblok, lebih rendah dari nilai mate-matika yang tidak begitu saya sukai.

Padahal, saya masuk dalam jalur rangking lima besar. Saya mencoba menyukai, tapi situasi pada saat itu tidak mendukung. Sampai ke Sekolah Menengah Atas, pengetahuan saya terhadap Bahasa Inggris tidak membaik.

Pun sampai sekolah tinggi, penguasaan Bahasa Inggris saya di bawah rata-rata, baik perbendaharaan kata, apalagi ilmu bahasanya.

Di tengah arus globaliasi ini, salah satu yang wajib kita miliki adalah kemampuan berbahasa, ya Bahasa negara yang sedang memegang tampuk dunia. Paling tidak tiga Bahasa yang saya sebut di awal tadi.

Saya kira, apa yang saya hadapi ini juga sedang dihadapi oleh sebagian besar generasi muda, mungkin juga yang masih dalam jenjang pendidikan menengah.

Jika demikian, penguasaan terhadap Bahasa harus menjadi salah satu prioritas. Selain di sekolah formal, pemerintah harus mengkolaborasi dengan pendidikan informal, terutama di daerah yang belum ada atau masih sedikit lembaga bahasanya.

Bisa saja pemerintah desa—melalui anggaran desanya—membuka kelas khusus Bahasa. Pemerintah kabupaten melalui pendidikan luar sekolahnya. Atau Kepala Daerah melalui foundationnya membuka kursus Bahasa.

Paling tidak, dari sekian skill yang harus dimiliki oleh generasi muda dalam menghadapi globalisai ini, salah satu skill—bahasa—dia sudah punya.

Oiya, saya masih penasaran dengan Bahasa ini. Saya masih bertekad untuk dapat menaklukkannya. Minimal harus lulus ITP seperti yang disyaratkan. Pun kalau nanti saya memegang kendali wilayah, tolong ingatkan saya untuk menjadikan Bahasa sebagai salah satu fokus. Entah lewat jalur resmi atau jalur pinggiran. Bukan apa-apa, agar Bahasa tidak menjadi nestapa untuk generasi muda. [Alja Yusnadi]

Previous Post

Alumni Simpang Lima

Next Post

Hattrick Risma

Alja Yusnadi

Alja Yusnadi

Related Posts

Pecco Juara
Kolom AY

Pecco Juara

Juli 10, 2024
Meng-install Kewirausahaan dan Inovasi di Sektor Pertanian
Kolom AY

Meng-install Kewirausahaan dan Inovasi di Sektor Pertanian

Juli 10, 2024
Pening Jokowi
Kolom AY

Pening Jokowi

Juli 10, 2024
Nestapa Empat Pulau
Kolom AY

Nestapa Empat Pulau

Juli 10, 2024
Politisasi Lembaga Kemanusiaan
Kolom AY

Politisasi Lembaga Kemanusiaan

Juli 10, 2024
Erick Tohir dan Adian Napitupulu bersama keluarga pejuang demokrasi (Foto: Fb MB Ventura)
Kolom AY

Adian Tohir

Juli 10, 2024
Next Post
Tri Rismaharini, Menteri Sosial dan juga Ketua DPP PDI Perjuangan bersama Ketua Umum PDI Perjuangan, Hj. Megawati Soekarno Putri

Hattrick Risma

Resen Postingan

Tega, Pemkab Belum Bayar Jasa Non Kapitasi, Begini Kata Anggota DPRK Aceh Selatan

Maret 26, 2025
BI: Total Factor Productivity Harus Naik untuk Capai Pertumbuhan 8 Persen

BI: Total Factor Productivity Harus Naik untuk Capai Pertumbuhan 8 Persen

Maret 17, 2025
Dahlan Iskan (Sumber: Disway.id)

Gemerlap Danantara

Maret 17, 2025
Kongres Luar Biasa

Kongres Luar Biasa

Maret 9, 2025
Bersama Pimpinan Partai Gerindra Aceh

Bersama Pimpinan Partai Gerindra Aceh

Maret 9, 2025
Bersama Mentri Kebudayaan

Bersama Mentri Kebudayaan

Maret 9, 2025
Alja Yusnadi

© 2024 Alja Yunadi - Rumah Menulis AY theme by Eza.

Navigate Site

  • About
  • Advertise
  • Privacy & Policy
  • Contact

Follow Us

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Tentang AY
  • Tentang Situs
  • Daftar Isi
    • CePAY
    • Desa AY
      • BUMDesa
      • Profil Desa
      • Tokoh Desa
    • Feature AY
    • Galery AY
    • Haba AY
    • Jak AY
    • Kolom AY
    • Mata AY
    • Rumeh AY
    • Sahabat AY
    • Wawancara AY
  • Kontak AY

© 2024 Alja Yunadi - Rumah Menulis AY theme by Eza.