Oleh: Alja Yusnadi
RI kali ini bukan Republik Indonesia, melainkan Revolusi Industri. Empat titik nol menunjukkan ini revolusi keempat. Artinya, revolusi sudah terjadi empat kali. Revolusi adalah perubahan yang mendasar, revolusi industri berarti perubahan mendasar dalam hal industri.
Pertama sekali, RI terjadi sekitar 200 tahun silam. Penandanya ditemukan mesin-mesin yang menyebabkan terjadinya proses mekanisasi dalam sistem produksi.
Revolusi pertama ini juga menjadi cikal-bakal lahirnya kapitalisme. Penemuan seperti mesin uap menjadikan sistem produksi menjadi lebih sederhana. Peran manusia sedikit-demi sedikit digantikan mesin. Pemilik modal terus memacu jumlah produksi, meraup keuntungan sebesar-besarnya.
Kemudian, pada tahap berikutnya terjadi revolusi industri tahap kedua atau RI. 2.0. Penemuan mekanisasi beranjak kepada produksi masal mesin-mesin dalam sistem produksi.
Perkembangan selanjutnya adalah lahirnya standarisasi dan alat kontrol. Peristiwa ini terjadi di awal tahun 1900-an.
Perkembangan besar pada fase ini adalah ditemukannya listrik oleh Michael Faraday, bola lampu oleh Thomas Alfa Edison, telepon oleh Graham Bell, radio oleh Guglielmo Marconi, dll.
Coba Anda bayangkan jika barang-barang “aneh” tersebut tidak ditemukan pada saat itu. Bergerak dari temuan itu, pada tahap selanjutnya dikembangkan menjadi barang-barang yang lebih “aneh” lagi.
RI 3.0 terjadi hampir semasa dengan Perang Dunia II. Di era inilah ditemukan internet dan sistem komputasi personal. Cikal bakal sistem informasi digital seperti sekarang ini.
Beberapa puluh tahun berikutnya, seperti Anda lihat, revolusi industri 4.0 terjadi. Sesuatu yang “aneh” pada abad sebelumnya menjadi biasa saja pada masa ini.
Cirikhas dari revolusi industri generasi keempat ini adalah sistem digitalisasi dan otomatisasi. Hampir semua sektor kehidupan dijadikan digital. Sebagian peran manusia sudah diganti robot.
Tidak perlu saya jelaskan. Semua kita sudah merasakan bagaimana “gila”nya revolusi ini.
Saya termasuk orang yang telat menyadari bagaimana RI 4.0 bekerja. Sebelumnya saya hanya menjadi penikmat fasilitas yang dihasilkan. Selebihnya, saya hanya mendengar.
Perkiraan saya, semua negara sudah memasuki era digitalisasi ini. Entah Korea Utara.
Dari sekian banyak perubahan besar itu, salah satunya adalah terjadi pergeseran lapangan pekerjaan.
Mulai sekarang, dunia digitalisasi sudah menggerus keberadaan beberapa pekerjaan lama dan membuka ruang pekerjaan baru.
Youtuber dan Bloger adalah dua profesi baru hasil revolusi industri tahap keempat ini. Melalui platform digital tersebut, siapa saja bisa menghasilkan uang dan darimana saja.
Bahkan, para publik figur yang selama ini mengisi ruang-ruang di televisi sudah banting setir atau menambah pekerjaan baru menjadi Youtuber.
Lihatlah bagaimana suksesnya Dedy Corbuzer, Raditya Dika, Ata Halilintar sebagai Youtuber.
Tentu masih banyak nama lain. Saya memilih ke tiga nama itu sembarang saja, kebetulan dalam seminggu terakhir saya sering melihat karya mereka.
Penghasilan mereka sebagai Youtuber bisa jadi lebih besar dari penghasilan dari usaha mereka di sektor lain.
Revolusi industri ini berlari sungguh kencang, sampai-sampai pendidikan formal tidak mampu mengejarnya.
Pendidikan formal di Indonesia memang bukan diciptakan untuk menghamba kepada industri. Tapi, paling tidak dapat membantu masyarakat beradaptasi dengannya.
Bisa jadi, revolusi industri tidak lama lagi akan beranjak ke 5.0. Entah perubahan apalagi yang mampu dihasilkan.
Jelasnya, penanda lain dari RI 4.0 ini berkembangnya kecerdasan buatan atau Artificial Intelegensia (AI). Salah satu contohnya adalah kemampuan computer untuk melakukan editing tulisan. Lambat laun akan menggeser peran manusia.
Semoga kita tidak hanya menjadi penonton dan korban dari revolusi yang tidak berdarah itu…[]