3 M, 300 J

0
35
Moge (liputan6)
Moge (Liputan6)

Oleh: Alja Yusnadi

M pertama adalah Muge. Muge dapat diartikan sebagai pedagang, perantara produsen dengan konsumen. Barangkali padanannya adalah meugaleh. Itu kalau tidak salah. Ada berbagai muge: Muge pisang, muge ungkot, muge kameng, dll.

Singkatnya, muge ini adalah orang yang menjajakan barang dagangan. M Kedua adalah Moge, singkatan dari Motor Gede. Biasanya motor diatas 250 cc. Selain kapasitas, harganya juga gede.

Jadi jelas ya, yang satu dagang, mencari uang, yang satu hoby, gaya hidup, menghabiskan uang. Persamaannya, muge dan moge itu berkaitan dengan motor. Dalam aktivitasnya muge menggunakan motor, walau tidak gede.

Kemarin, Moge menjadi pembicaraan hangat bagi pengguna media sosial di Aceh. Pasalnya, beredar surat yang di teken oleh Sekda Aceh. Isinya meminta kepada Bupati dan Walikota untuk memfasilitasi para pengendara moge.

Ya, para pemoge itu mengadakan tour perdamaian. Belakangan, data kembali beredar di media sosial. Kali ini Badan Reintegrasi Aceh (BRA). Isinya break down anggaran Touring Damai Aceh 2020.

Isinya mencengangkan, dana yang bersumber dari APBA itu membiayai touring moge. mulai dari BBM, masker, baju, sampai tetek bengek lainnya.

M yang ketiga adalah media sosial. Media sosial ramai dengan rencana touring moge tersebut. Pengguna media sosial merespon negatif. Jadilah BRA dan penunggang moge sasaran empuk.

Ada yang memakai sumpah-serapah, sindiran halus, sindiran kasar. Akhirnya, kritik itu sampai ke telinga Ketua Ikatan Motor Besar Indonesia (IMBI) Aceh. Organisasi ini yang menaungi moge itu.

Kepada media, Ketua IMBI Aceh mengatakan organisasinya tidak jadi ikut kegiatan Touring Aksi Damai Aceh tersebut, karena banyaknya kritikan dan salah paham.

Padahal, selain break down anggaran, run down acara juga sudah bertaburan di media sosial. jelas sekali ada logo IMDI dalam skedul itu, dan terpampang pula rute yang akan mereka lewati.

Sampai tulisan ini tayang, saya belum mendapat kabar, apakah touring itu jadi atau tidak dilaksanakan. Semula jadwalnya direncanakan 12-14 Agustus 2020.

Setelah mendapat kritikan, ketua BRA buka suara. Menurutnya, kegiatan touring itu bukanlah usulan BRA, namun titipan Pemerintah Aceh. Celakanya lagi, menurut ketua BRA, anggaran tersebut hasil refocusing APBA 2020.

Refocusing anggaran mendapat sorotan publik, karena sampai hari ini belum sepenuhnya dipublikasi. Kalaulah benar kegiatan ini hasil refocusing, apa hubungannya touring itu dengan antisipasi penyebaran Korona? Pada bagian ini saya tidak paham.

Bisa jadi ada kaitannya dengan hobi Plt. Gubenur Aceh. Beberapa kali ke daerah saya lihat Plt Gubernur menggunakan moge. Memang, pemimpin Aceh memiliki hobi yang tidak biasa.

Irwandi–Gunernur Aceh yang sekarang lagi dalam tahanan—memiliki hobi menerbangkan pesawat. Dengan pesawat itu dia kunjungan kerja ke Kabupaten/Kota.

Kembali kepada acara peringatan perdamaian Aceh. Sebenarnya, tidak ada yang salah dengan moge itu. Kemarahan warganet karena touring menggunakan APBA.

Mungkin, akan lain cerita jika yang difasilitasi itu bukan moge. Karena, sependek pengetahuan saya, setiap tahun ada perayaan perdamaian Aceh itu. Dan memang harus dirayakan, biar kita tetap sadar, bahwa Aceh pernah bersimbah darah.

Perkara cetak mencetak, biaya makan, biaya minum, dan berbagai biaya lain memang rutin ada. Bedanya, hanya moge saja. Anggaran 300 juta tidak besar jika dibandingkan dengan biaya tahun-tahun sebelumnya. Hanya saja, itu tadi, karena yang difasilitasi adalah moge, ributlah seantero negri.

Soal korelasi antara touring dengan perdamaian Aceh saya memandangnya begini. Mungkin, penyelenggara ingin menampakkan kepada dunia luar: Aceh sudah aman. Lihat saja moge bebas berkeliaran.

Sekedar alasan yang harus ditulis di kertas proposal tentu tidak susah. Namun, bagaimanakah dengan target yang ingin dicapai oleh BRA? Apakah di 15 tahun damai Aceh capaiannya moge? Bagian ini hanya BRA yang bisa menjawab.

Jadi atau tidak touring itu, kejadian ini memberi pelajaran bagi kita. Media sosial mengambil alih fungsi pengawasan penggunan anggaran. Barangkali, di tengah kejumudan politik, media sosial jadi andalan.