Oleh: Alja Yusnadi
Saya tidak sempat menonton live seri Moto GP Austria, 16 Agustus lalu. Saya pulang agak kemalaman. Ketika saya membuka laptop, balapan itu baru beberapa menit selesai.
Prediksi saya terkait Binder dan Red Bull KTM Factory meleset. Perkiraan saya dalam tulisan sebelumnya (Juara Binder), karena Austria adalah negara asal KTM, Binder akan Berjaya atau pembalap KTM yang lain.
Ternyata salah. Kali ini Andrea Dovizioso berhasil meraih juara satu. Diikuti Joan Mir dan Jack Miller. Ducati berhasil meraih juara satu dan tiga. Suzuki Escar meraih podium kedua. Binder harus puas di posisi keempat.
Balapan hari itu penuh drama. Beberapa kecelakaan terjadi. Saya menyaksikan siaran ulang berkali-kali, terutama di saat Franco Morbidelli menabrak bagian belakang motor Johan Zarco.
Jika kita perhatikan, tabrakan terjadi karena Johan Zarco tidak memberi ruang untuk disalip oleh Morbidelli. Dalam kecepatan di atas 300 km/jam, pembalap tidak bisa ngerem tiba-tiba. Tidak ada pilihan bagi Morbidelli: menabrak Zarco.
Akibatnya, kedua pembalap terpelanting keluar arena balapan, motor yang mereka tunggangi meluncur tak beraturan, tanpa pengendali.
Kecelakaan itu hampir saja memakan korban lain: Valentino Rossi dan Marverick Vinales. Kedua pembalap Yamaha itu berada di depan. Kecelakaan terjadi di belakang, di tikungan, memperebutkan posisi kedelapan. Serpihan motor keduanya sedikit lagi mengenai Vinales dan Valentino.
Dalam waktu sepersekian detik, keduanya selamat. Valentino berhasil menyelesaikan balapan di posisi lima. Vinales finis di posisi Sembilan belas.
Valentino menjadi pembalap Yamaha yang finis paling depan, walau memulai balapan dari urutan belakang.
Kali ini, Valentino kembali memperlihatkan kelasnya, mentalnya. Kepingan motor yang melayang tepat di depan wajahnya itu tidak membuat dia down.
Padahal, Valentino merupakan pembalap tertua dalam kejuaraan Moto GP tahun ini. Usianya sudah 41 tahun. di saat Valentino berada pada puncak kejayaan, para suksesornya masih remaja, atau ada yang masih anak-anak.
Valentino meraih juara dunia kelas 125 cc pada tahun 1997, juara dunia kelas 250 cc tahun 1999 dan juara dunia kelas 500 cc (sekarang MotoGP) pertama kali pada tahun 2001.
Pada saat Valentino menjuarai kelas 125 cc, Joan Mir baru lahir. Di saat Valentino menjuarai kelas 500 cc, Marquez masih berusia 8 tahun. Vinales berusia 6 tahun, Binder usia 5 tahun, masih bermain mobil-mobilan.
Sekarang, mereka satu arena dengan Valentino. Mereka menjadi suksesor sekaligus rival.
Pembalap Moviestar Yamaha itu memang tidak segesit dulu. Terakhir, dia meraih podium di Sirkuit Jerez, Andalusia pada 26 Juli 2020. Itupun posisi ketiga. sebelumnya, dia sudah puasa podium hampir 15 bulan.
Tapi beda soal mental. Sebagai pemegang juara Moto GP 7 kali, mental Valentino tidak goyah. Beberapa kali Valentino di asapi oleh pembalap yang lebih muda, dia biasa saja.
Saya perhatikan, setelah kejadian di Sirkuit Red Bull Ring, Valentino melanjutkan balapan seperti biasa, bahkan bisa terus merangsek ke depan. Ibarat kata: tua-tua keladi, semakin tua semakin menjadi.
Memang, perkara mental Faighting Spirit ini harus menjadi contoh bagi pembalap muda. Faighting Spirit yang tetap mengedepankan sportivitas.
Kalau saya, masih mengharapkan Valentino menjadi juara MotoGP, dan meneguhkan alasan, kenapa dia masih bergelut dengan olahraga motor besar itu…[]