Oleh: Alja Yusnadi
Bu Nova kali ini bukanlah Dyah atau Yunita. Dia adalah Nova Zahara, anggota DPRA dari fraksi PKS. Nova memperkenalkan diri sebagai Ibu Nova,”Perkenalkan Pak Nova, saya Ibu Nova.” Pak Nova yang dimaksud adalah Nova Iriansyah, Plt. Gubernur Aceh.
Nova Zahara hendak menanggapi jawaban Nova Iriansyah—terkait jawaban interpelasi–. Tentu maksudnya Bu Nova itu bukan istri Nova Iriansyah, hanya karena sama-sama bernama Nova.
Sidang paripurna DPRA yang berlangsung Jumat (25/9) dengan agenda jawaban Plt. Gubernur Aceh terhadap interpelasi anggota DPRA berlangsung alot. Anggota Dewan silh berganti interupsi, Nova Zahara salah satunya.
Bu Nova, merupakan anggota DPRA Pengganti Antar Waktu (PAW)—dilantik pertengahan Juni 2020. Dia menggantikan Suryani yang mengundurkan diri karena sakit—kemudian hari meninggal dunia.
Perolehan suara caleg PKS di dapil 7—meliputi Aceh Tamiang dan Langsa—memang sangat merata. Bayangkan, dari total sekitar 14.200 suara, Suryani memperoleh sekitar 2.416 suara di urutan pertama dan Nova Zahara memperoleh sekitar 1.900 suara di urutan kedua. Dua-duanya perempuan.
Sebagai pendatang baru di Daud Beureueh, ternyata Bu Nova cukup bernyali untuk mengemukakan pendapat di dalam sidang paripurna DPRA yang turut dihadiri Forkopimda.
Soal isi? Saya kira kita bisa berbeda pendapat. Tidak semua yang disampaikan Bu Nova on the track, sesuai dengan materi persidangan. Lihat saja, di saat Bu Nova menyarankan Pak Nova untuk melanjutkan kuliah jurusan komunikasi. Samasekali tidak ada relevansinya dengan materi interpelasi itu.
Disitu saya lihat kebesaran jiwa Pak Nova, mendapat “ejekan” dari politisi kemarin sore, dia hanya diam, memperhatikan dengan seksama. Sambil sesekali menganggukkan kepala.
Sebagai sesama politisi, Bu Nova tentu bukan lawan sepadan bagi Pak Nova yang telah melanglangbuana dalam jagat perpolitikan, pernah menjadi anggota DPR RI, ketua Partai Demokrat, Plt. Gubernur Aceh, dan kalau tidak ada aral melintang akan menjadi Gubernur Aceh.
Kalau kita ibaratkan MotoGP, sebagai Roky, Bu Nova mengawali start dengan cukup bagus. Mencuri perhatian penonton. Dia mencoba menikung Marck Marquez atau Valentino Rossi.
Selain menyuruh Pak Nova untuk kuliah komunikasi, Bu Nova juga menyatakan Pak Nova telah mempermalukan masyarakat Aceh. Di saat mobil Aceh memasuki Medan atau daerah lain, sudah terpampang stiker BBM bersubsidi.
Nova Zahara meminta Pemerintah Aceh mencabut kebijakan stikering itu.
Itulah satu-dua cercaan Bu Nova kepada Pak Nova.
Apakah Pak Nova akan mengikuti saran Bu Nova? Kalau untuk kuliah komunikasi saya rasa tidak…[Alja Yusnadi]