• About
  • Advertise
  • Privacy & Policy
  • Contact
Alja Yusnadi
  • Beranda
  • Tentang AY
  • Tentang Situs
  • Daftar Isi
    • CePAY
    • Desa AY
      • BUMDesa
      • Profil Desa
      • Tokoh Desa
    • Feature AY
    • Galery AY
    • Haba AY
    • Jak AY
    • Kolom AY
    • Mata AY
    • Rumeh AY
    • Sahabat AY
    • Wawancara AY
  • Kontak AY
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Tentang AY
  • Tentang Situs
  • Daftar Isi
    • CePAY
    • Desa AY
      • BUMDesa
      • Profil Desa
      • Tokoh Desa
    • Feature AY
    • Galery AY
    • Haba AY
    • Jak AY
    • Kolom AY
    • Mata AY
    • Rumeh AY
    • Sahabat AY
    • Wawancara AY
  • Kontak AY
No Result
View All Result
Alja Yusnadi
No Result
View All Result
Home Mata AY

Merah Jambu

Alja Yusnadi by Alja Yusnadi
September 28, 2020
in Mata AY
0
Pinangki saat mengikuti sidang perdana

Pinangki Sirna Malasari, tersangka kasus suap Djoko Tjandra (Foto: Kumparan)

0
SHARES
0
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

Oleh: Alja Yusnadi

Valentino Rossi belum mampu meraih podium ke 200. Padahal, MotoGP seri Catalunya menjadi harapan besar baginya. Memulai balapan dari barisan depan tidak menjamin podium. VR46 sempat membuka asa hingga pertengahan laga, berada pada posisi ke dua, di belakang Quartararo. Tapi tidak lama, seperti biasa: crash. Vale terjatuh.

Podium satu, dua dan tiga berturut-turut milik Quartararo, Joan Mir dan Alex Rin.

Saya bukan pendukung fanatik Vale. Namun, ada keinginan melihat pembalap gaek itu kembali podium. Paling tidak, Rossi menjadi contoh, usia bukanlah kendala.

Setelah Vale jatuh, saya membaca beberapa berita, melalui Hand Phone. Muncullah perempuan yang tidak begitu muda tapi tidak juga begitu tua. Menggunakan masker dan pelindung wajah.

Sekilas, sulit dikenali, apalagi saya memang tidak kenal sebelumnya. Hanya karena sering muncul di berita, ditambah lagi perannya yang aduhai, memaksa kita—pembaca—untuk mengenalinya.

Dialah Pinangki, lengkapnya: Pinangki Sirna Malasari.

Sebelumnya, saya sudah pernah menyinggung mengenai Pinangki, di awal kemunculannya. Bagi saya, Pinangki itu menarik. Pertama karena namanya. Pinangki adalah nama yang unik, tidak pasaran. Saya menyukai nama itu.

Kedua, sebagai penegak hukum, Pinangki masih sempat sekolah hingga meraih gelar Doktor. Gelar tertinggi dalam bidang akademik. Pun Pinangki masih sempat mengajar.

Kehebatan itu seketika sirna seperti namanya, ketika Pinangki tersangkut kasus Djoko Tjandra. Karirnya sebagai Jaksa nyaris tamat.

Sekarang, kasus Pinangki sudah ditangani Kejaksaan Agung, lembaga yang melambungkan namanya, dulu. Pinangki sudah ditetapkan sebagai tersangka dan sudah masuk masa persidangan pula.

Ketika dalam pemeriksaan, Pinangki tampak lusuh dengan rompi merah jambu. Dia nampak lelah setelah diperiksa berjam-jam. Sorot matanya sayu.

Awalnya saya penasaran dengan rompi yang dia gunakan. Rupanya, rompi merah jambu sebagai penanda, bahwa pemakainya merupakan tahanan Kejaksaan Agung kasus tindak pidana korupsi.

Kalau tidak salah, ada enam bidang di Kejaksaan Agung, masing-masing satker memiliki warna khusus. Pembinaan warnanya kuning, intelijen warnanya hijau, pidum warnanya merah marun atau merah tua, pidsus warnanya merah jambu, datun warnanya kuning tua, Jamwas warnanya biru muda.

Lalu, apa kaitannya merah jambu dengan tipikor? Kalau itu saya kurang tahu. Yang jelas, tidak mereduksi makna merah jambu bagi Anda penggemarnya. Sama seperti warna orange KPK, itukan tipikor juga.

Jadi, jagan takut, tipikor tidak hanya milik merah jambu.

Pinangki bukan yang pertama menggunakan rompi merah jambu. Sudah duluan Mandra, komedian yang terseret kasus siar TVRI, La Nyala Mataliti-Ketua DPD RI sekarang– terkait dugaan korupsi hibah dan bansos Jawa Timur, dan beberapa nama lain. Kalau tidak ada halangan, Djoko Tjandra—patnernya Pinangki—juga akan memakai rompi serupa.

Pada kemunculan pada sidang perdana, Rabu (23/9), Pinangki menggunakan jilbab merah jambu—bukan jilbab seragam– dipadu dengan baju yang juga bernuansa serupa. Kecantikannya seakan kembali.

Kasus ini menyita perhatian publik karena menyeret nama-nama petinggi di Kejaksaan Agung dan Mahkamah Agung. Itu masih dalam action plan Pinangki. Ditambah lagi terbakarnya kantor Kejaksaan Agung. Untuk memuluskan pembebasan Djoko, Pinangki dan tim akan menyuap ST. Burhanuudin dan M. Hatta Ali.

Kedua nama itu adalah Jaksa Agung dan mantan Ketua Mahkamah Agung, yang tidak lain dan tidak bukan adalah pemimpin tertinggi di kedua lembaga penegak hukum tersebut.

Pinangki sudah mengajukan “proposal” kepada Djoko sekitar 148 milyar untuk menyelesaikan kedua pejabat tersebut, seperti tertera dalam dakwaan Jaksa.

Atas perbuatannya, Jaksa menjerat Pinangki dengan tiga tuntutan: Penerimaan suap, pencucian uang, dan permufakatan jahat.

Nampaknya Pinangki susah untuk keluar dari jerat teman seprofesinya dulu. Kejaksaan Agung harus menangani kasus ini dengan sebaik-baiknya, jika tidak ingin disebut ikut terlibat oleh publik.

Ibarat MotoGP, Pinangki mengalami crash berat. Terancam tidak bisa mengikuti balapan lagi. Lebih berat dari Marck Marquez yang tidak bisa mengikuti hampir satu musim kompetisi. Pinangki terancam tidak bisa balapan lagi.

Kalau Rossi memaksakan diri agar dapat segera meraih podiumnya yang ke 200, Pinangki malah memaksakan diri untuk memanjat status sosial. akhirnya jatuh, berkeping.

Apakah Pinangki bekerja sendirian? Terlalu besar rasanya kasus ini untuk Pinangki seorang.

Pinangki, Oh, Pinangki…[Alja Yusnadi]

Previous Post

Tepuk Tangan di Daud Beureueh

Next Post

Aceh dan Prioritas Doni Monardo

Alja Yusnadi

Alja Yusnadi

Related Posts

Pecco Juara
Kolom AY

Pecco Juara

Juli 10, 2024
Meng-install Kewirausahaan dan Inovasi di Sektor Pertanian
Kolom AY

Meng-install Kewirausahaan dan Inovasi di Sektor Pertanian

Juli 10, 2024
Pening Jokowi
Kolom AY

Pening Jokowi

Juli 10, 2024
Nestapa Empat Pulau
Kolom AY

Nestapa Empat Pulau

Juli 10, 2024
Politisasi Lembaga Kemanusiaan
Kolom AY

Politisasi Lembaga Kemanusiaan

Juli 10, 2024
Erick Tohir dan Adian Napitupulu bersama keluarga pejuang demokrasi (Foto: Fb MB Ventura)
Kolom AY

Adian Tohir

Juli 10, 2024
Next Post
Kepala BNPB dan Ketua Satgas Covid-10, Letjen Doni Monardo

Aceh dan Prioritas Doni Monardo

Resen Postingan

Tega, Pemkab Belum Bayar Jasa Non Kapitasi, Begini Kata Anggota DPRK Aceh Selatan

Maret 26, 2025
BI: Total Factor Productivity Harus Naik untuk Capai Pertumbuhan 8 Persen

BI: Total Factor Productivity Harus Naik untuk Capai Pertumbuhan 8 Persen

Maret 17, 2025
Dahlan Iskan (Sumber: Disway.id)

Gemerlap Danantara

Maret 17, 2025
Kongres Luar Biasa

Kongres Luar Biasa

Maret 9, 2025
Bersama Pimpinan Partai Gerindra Aceh

Bersama Pimpinan Partai Gerindra Aceh

Maret 9, 2025
Bersama Mentri Kebudayaan

Bersama Mentri Kebudayaan

Maret 9, 2025
Alja Yusnadi

© 2024 Alja Yunadi - Rumah Menulis AY theme by Eza.

Navigate Site

  • About
  • Advertise
  • Privacy & Policy
  • Contact

Follow Us

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Tentang AY
  • Tentang Situs
  • Daftar Isi
    • CePAY
    • Desa AY
      • BUMDesa
      • Profil Desa
      • Tokoh Desa
    • Feature AY
    • Galery AY
    • Haba AY
    • Jak AY
    • Kolom AY
    • Mata AY
    • Rumeh AY
    • Sahabat AY
    • Wawancara AY
  • Kontak AY

© 2024 Alja Yunadi - Rumah Menulis AY theme by Eza.